Menurut Menteri Pengajian Tinggi, Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin ramai pelajar yang memohon ke IPTA bagi lepasan STPM dan Matrikulasi baru-baru ini tidak berjaya ditawarkan ke IPTA kerana perkara-perkara yang dinyatakan dibawah ini.Katanya:-
"Prosedur permohonan membenarkan calon menyatakan persetujuan memilih sama ada bersetuju atau tidak untuk menerima tawaran selain daripada lapan pilihan program yang dimohon.
"Jika calon ada menyatakan persetujuan untuk menerima tawaran selain daripada lapan pilihan semasa mengemukakan permohonan, maka calon akan dipertimbangkan ke program pengajian di IPTA yang masih ada kekosongan selaras dengan bidang pengajian yang dipohon tanpa mengira IPTA pilihan," katanya dalam satu kenyataan.
Sehubungan dengan itu,diharap para pelajar yang memohon rayuan perlulah berfikir dua kali sama ada untuk memasuki ke IPTA dengan subjek yang dimohon atau pun menerima tawaran kursus yang tidak dipohon.Jadi pelajar disarankan agak berfikir masak-masak ketika membuat rayuan untuk ke IPTA.Masuk ke IPTA dengan kos yang dipohon ataupun masuk ke IPTA melalui kos yang dilelong?Keputusan bergantung kepada anda semua.
Cadangan saya adalah lebih baik anda memasuki ke IPTA walaupun ditawarkan dengan subjek yang tidak diminta daripada tidak dapat memasuki IPTA terus.Fikirlah masak-masak sebelum membuat permohonan.Sekian
AXIS menawarkan kesempatan bagi pelanggannya untuk menikmati tarif yang paling terjangkau dan layanan VoIP (Voice over Internet Protocol) bekualitas untuk terus terhubung dengan orang-orang yang disayangi hanya Rp87/menit ke Kanada, Rp175/per menit ke Singapura, dan Rp250/menit ke Hong Kong.
Pelanggan AXIS kini juga dapat menelepon orang-orang yang dicintainya di Brunei hanya dengan Rp777/menit. Melalui penawaran VoIP yang baru ini, pelanggan AXIS tidak hanya mendapatkan layanan yang berkualitas, namun juga murah. Penawaran ini memungkinkan pelanggan AXIS untuk menelepon keluarga dan kerabatnya di mana pun, kapan pun, dengan tarif termurah di Indonesia.
"Seperti pelanggan kami, kami juga memandang Ramadhan sebagai saat penting dan istimewa yang dirayakan bersama keluarga di seluruh dunia. Oleh karenanya, bagi mereka yang tidak dapat bersama orang-orang yang disayanginya di saat-saat istimewa ini, AXIS menawarkan kesempatan untuk menelepon keluarga dan kerabat mereka kapan pun, di mana pun di seluruh dunia melalui penawaran VoIP kami yang terbaik ini." ujar Syakieb A. Sungkar Direktur Sales AXIS dalam keterangan yang diterima operatorseluler.com
Berikut cara mudah untuk melakukan panggilang internasional dengan layanan VoIP AXIS yang terjangkau: 01012Contoh: Untuk menelepon ke nomor 12345678 di Singapura dengan kode negara 65: 010126512345678
James Nachtwey adalah salah satu fotografer jurnalisme (perang) terbaik di dunia. Penerima World Press Photo Award di tahun 1994 ini telah berkelana keberbagai belahan dunia untuk menjadi saksi dari bermacam tragedi besar yang terjadi.
Dari pembantaian etnik di Rwanda, musibah kelaparan di Afrika, kejatuhan rezim Suharto di negeri kita sampai runtuhnya menara WTC di tahun 2001.
Dalam kata-katanya sendiri:
I have been a witness, and these pictures are my testimony. The events I have recorded should not be forgotten and must not be repeated.
Saya telah menjadi saksi, dan foto-foto ini adalah kesaksian saya. Tragedi yang saya abadikan tidak boleh dilupakan dan tidak boleh terulang
Saat di Indonesia, selain meliput runtuhnya kejatuhan Suharto, Nachtwey juga menghabiskan waktu bersama satu keluarga miskin yang hidup di bantaran rel kereta api di Jakarta. Bapak dari keluarga ini telah kehilangan satu kaki dan satu tangan akibat kecelakaan kereta. Saat foto-foto liputannya tentang keluarga tadi dimuat di surat kabar internasional, bantuan mengalir dari berbagai pihak untuk keluarga malang tersebut sehingga akhirnya keluarga ini bisa hidup secara layak.
Dalam sebuah liputan di Somalia, dimana konflik antar suku pecah. Nachtwey menyaksikan bagaimana kelaparan dijadikan sebagai senjata pemusnah massal untuk mengalahkan suku yang berlawanan. Mereka menjarah ternak dan lahan pertanian musuhnya. Akibatnya ratusan ribu orang meninggal dunia dengan perlahan secara mengenaskan akibat kelaparan.
Setelah menyaksikan berbagai tragedi, muncul pertanyaan, apakah yang dirasakan Nachtwey, adakah pertentangan batin berkecamuk dalam dirinya? Dia mengaku, sangat sulit untuk tidak merasa frustasi dan marah melihat dan melalui semuanya. Namun tanggung jawabnya sebagai seorang jurnalis menguatkan hatinya. Dalam kata-katanya sendiri:
One of the things I had to learn as a journalist was what to do with my anger. I had to use it, channel its energy, turn it into something that would clarify my vision, instead of clouding it.
Salah satu yang harus saya pelajari sebagai seorang jurnalis adalah apa yang yang harus saya lakukan dengan perasaan marah yang muncul dalam diri saya. Saya harus memanfaatkannya, menyalurkan energinya supaya bisa memperjelas visi saya dan bukannya memperkeruhnya
Dalam kutipan lainnya, Nachtwey berkata:
Every minute I was there, I wanted to flee. I did not want to see this. Would I cut and run, or would I deal with the responsibility of being there with a camera
Setiap menit saya berada disana, saya ingin berlari. Saya tidak ingin menyaksikan (tragedi) ini. Haruskah saya berhenti lalu berlari, atau haruskah saya meneruskan tanggung jawab saya untuk tetap disini mengabadikannya dengan kamera saya
Dibawah ini adalah cuplikan video saat James Nachtwey menceritakan sebagian kecil pengalamannya selama puluhan tahun sebagai fotografer perang di forum TED Talk tahun 2007, dimana dia memeperoleh penghargaan didalam forum tersebut. Sebagian besar tulisan ini bersumber dari video tersebut.
Satu hal yang terngiang adalah kata-kata Nachtwey di akhir pidato-nya :
Photographers go to the extreme edges of human experience to show people what’s going on. Sometimes they put their lives on the line, because they believe your opinions and your influence matter.
Fotografer menjelajahi batas-batas ekstrim pengalaman manusia untuk menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi. Terkadang mereka mempertaruhkan nyawa, karena mereka yakin bahwa opini dan tekanan dari anda (setelah menyaksikan tragedi melalui foto yang kami rekam) memiliki pengaruh yang besar
Foto menggugah emosi dengan cara yang sangat kuat, apalagi foto-foto tragedi dramatis seperti halnya perang, penindasan ataupun kelaparan. Dengan mengabarkan kejadian yang sebenarnya melalui foto, para fotografer ini telah membantu menghentikan ketidakadilan, pemerkosaan atau pembunuhan massal yang seringkali terlewatkan oleh kita, masyarakat awam. Kita akan kesusahan membayangkan betapa tragisnya tragedi kelaparan di Afrika, atau betapa korban tsunami membutuhkan bantuan kita tanpa pernah menyaksikan foto-foto yang anda lihat di internet, koran maupun media lainnya.
Anda bisa membaca keselurahan transkrip teks pidatonya secara lengkap dengan mendownload file ini (klik kanan – save as). Silahkan juga kunjungi situs resmi James Nachtwey dan melihat galeri foto-foto yang ada. Kalau anda tertarik lebih jauh, tonton film dokumenter War Photographer untuk menyaksikan bagaimana cara kerja James Nachtwey sehari-hari di lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar